Senin, 10 Juni 2013

Artikel tentang buku jati diri manusia




            Manusia ialah makhluk ciptaan Allah dengan tingkat kesempurnaanNya. Mengenai jati diri manusia atau martabat manusia, sebagai seorang manusia yang utuh, kita memiliki pengertian ganda. Salah satunya, jati diri mengandaikan adanya kesatuan yang utuh dalam diri manusia. Keutuhan manusia dalam dirinya merupakan manusia individual yang unik dan selalu identik dengan dirinya sendiri, walaupun telah berubah ukuran dan bentuk cara pikir, perkembangan dan lingkungan sosialnya. Sadangkan pengertian salah satunya ialah manusia meskipun sebagai satu kesatuan, tetapi namun telah terdiri dari beberapa bagian dan aspek yang begitu kaya. Misalnya badan dan jiwa yang masing-masing memiliki peranan yang luar biasa. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa didalam diri manusia telah terdapat kesatuan dan keberagaman yang telah benar dan tak kan disangkal. Dua hal inilah yang menjadikan manusia kaya dan kesulitan untuk memahami jati dirinya sendiri.
            Dalam pemahan tentang kepribadian manusia, terdapat dua unsur pokok dalam manusia, yakni badan dan jiwanya. Terdapat dua kelompok pernyataan mengenai manusia, yang pertama terdiri dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keadaan badan, posisi, dan peristiwa yang trejadi di dalam dan dan terhadap manusia. Prnyataan mengenai ini biasanya juga dapat diterapkan kepada benda-benda jasmani lainnya tanpa mengalami perubahan makna yang begitu berarti. Hal lainnya terdiei dari pernyataan yang secara khusus hanya berlaku untuk meukiskan kekhasan manusia sebagai manusia. Pernyataan ini melukiskan pikiran, harapan, perasaan, ketakutan, ingataan dan penantian, situasi batin dan kejenakaan, bentuk kepribadian dan karekter, dsb.
            Tentang keunikan manusia, kita akan melihat bahwa manusia dari satu pihak merupakan superjek, yakni untuk memnunjukkan pada kenyataan bahwa suatu peristiwa ataupun benda merupakan hasil dari yang dilemparkan melalui seperjek* interaksi nilai-nilai yang ditawarkan oleh seluruh actual entity di semesta yang telah menyelesaikan pembentukan dirinya atau produk dari masyarakat, dunia, dan dari pihak lain merupakan subjek yang membentuk dirinya sendiri sehingga memberi arti bagi dunia dan masyarakatnya. Keduanya ini tidaklah hanya terdapat dalam diri manusia, melainkan pada setiap kenyataan yang bisa dibayangkan.
Kemampuan untuk dibentuk oleh dunia dan kemampuan untuk membentuk diri dengan menginterpretasikan dan mempribadikan dunia merupakan proses yang melibatkan dua kutub dalam setiap kenyataan, yakni kutub mental dan kutub fisik. Kutub fisik merupakan kemampuan kenyataan yang sedang dalam proses pembentukan diri untuk menangkap warisan ataupun pengaruh yang dihasilkan oleh berbagai pengada diseluruh dirinya yang telah selesai dalam pembentukan dirinya. Dunia yang terdiri dari berbagai pengada tersebut menyajikan bahan dari kenyataan baru, yang bahan tersebut merupakan onggokan nilai yang menjadi hasil dari interaksi antar pengada yang telah menyelesaikan pembentukan dirinya. Setelah itu, nilai-nilai itu dilemparkan kembali sebagai bahan unutk dinilai, dipribadikan dan diatur oleh pengada baru. Dengan begitu, kutub fisik ini merupaka kemampuan untuk menangkap dan hanya menangkap dan belum mengolahnya.
            Sedangkan kutub mental yakni merupakan kemampuan kenyataan baru yang sedang dalam proses pembentukan diri untuk mengimprementasikan dan menilai tawaran-tawaran yang telah ditangkap oleh kutub fisik, serta menilai nilai-nilai mana yang pantas untuk dipribadikan yang kemudian menyusun dalam skala nilai menurut citra dirinya. Dengan demikian sangatlah tampak bahwa dalam kegiatan mental terjadi pengolahan bahan yang telah diselesaikan oleh dunianya sesuai dengan idealisme diri yang disebut dengan citra diri.
            Peran yang diperoleh dua kutub tersebut tidaklah selalu sama dan seimbang. Itu semua tergantung dari taraf enyataan baru yang sedang berproses. Semakin tinggi tarafnya, maka peran kutub mental semakin besar dan peran kutub fisik semakin kecil. Namun meskipun demikian, taraf yang lebih tinggi selalu juga memuat taraf yang lebih besar. Taraf yang lebih tinggi harus didukung taraf yang ada di bawahnya. Kita bisa mengamati dari pengalaman dan umumnya diterima sebagai pembagian baku, kenyataan di dunia ini dapat di kelompokkan berdasarkan taraf masing-masing. Taraf-taraf itu ialah taraf anargonik, taraf vegetatif, taraf sensitif, taraf rasional. Tiap-tiap saraf mempunyai siftanya sendiri-sendiri.
            Pada makhluk hidup bertaraf sensitif, sistem organisasi yaitu koordinasi dan subordinasi yang semakin canggih. Penbagian tugas telah menjadi lebih kompleks dan dan teliti sehingga peranan yang dimainkan oleh bagian-bagian semakin menjadi jelas dan khas, sehingga tak dapat digantikna oleh bagian lainnya begitu saja. Bahkan kerusakan yang fatal sering tidak menumbuhkan bagian itu lagi. Pembagian tugas yang jelas dan khas tentu mengandalkan kerjasama dan koordinasi yang lebih teratur, sehingga kerjasama antara bagian-bagian bisa berjalan dengan mulus. Pelaksanaan tugas bagian-bagian dijalankan demi kepentingan keseluruhannya. Gangguan yang terjadi pada satu bagian akan mempengaruhi kesejahteraan sebagai keutuhan.
            Dengan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kutub mental pada bagian-bagian telah berperan penting demi perkembangan masing-masing dan pelaksanaan tugasnya. Inisiatif menjadi jelas, sehingga bisa menimbulkan pembaruan. Demikian pula dalam koordinasi kutub mental, masing-masing citra diri induk sebagai satu kesatuan, sehingga dapat mengarahkan aktivitasnya, baik aktivitas bagian maupun aktivitas keseluruhan. Bagian anargonik dikoordinasikan untuk mendukung  pelaksanaan citra diri induk dalam mengorganisasikan citra di bagian-bagian. Setiap bagian mempunyai akses ke bagian lain melalui pusat.
            Taraf yang lebih tinggi selalu mengandaikan berfungsinya taraf yang lebih rendah. Kalau bagian-bagian tidaklah berfungsi sebagaiman mestinya, keseluruhan juga tidak akan berfungsi secraa maksimal dan akhirnya mengganggu pusat yang mengatur seluruh kehidupan manusia. Jikalau unsur-unsur mineral dalam diri manusia tidak dijamin keseimbangannya, maka pertumbuhan dan peran taraf vegetatif juga akan terganggu, bila ini terjadi maka akan mengganggu bagian-bagian yang lainnya yang mengakibatkan lebih bahaya. Sebaliknya, taraf yang lebih tinggi dalam badan manusia juga akan mengangkat taraf yang lebih rendah, bahkan sebuah elektron yang bergerak secara liar dalam tubh manusia pun menjadi berbeda dibanding elektron yang bergerak secara liar diluar tubuh manusia.
            Berkat kemampuan ini, dorongan untuk menemukan pembaruan sudah tidak dapat dibendung lagi. Pembaruan bukan lagi merupakan peristiwa istimewa, tetapi telah merupkaan berita harian. Dengan demikian peranan kutub mental telah menjadi efektif dan dominan, sehingga peranan kutub fisik menjadi sangat relatif. Ketergantungan dalam lingkungan tentu menjadi sangat relatif. Manusia dapat kemana saja dengan pikirannya.nmanusia dapat begitu asyik dengan ide-idenya yang tidak berhubungan langsung dengan alam sekitarnya. Masa lampau juga tidaklah mengikat manusia begitu ketat lagi. Lingkungan alam tidaklah sekedar untuk dinikmati, tetapi dicipta kembali sesuai dengan kebutuhan dan imajinasi demi kebaikan dan kesejahteraa yang semakin meningkat. Hubungan kemasyarakatan tidak hanya meneruskan apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Penemuan-penemuan baru semakin berkembang pesat. Bahkan bumi pun sudah tidak mampu untuk membatasi kreativitas dan daya imajinatif manusia. Keterbatasan diri seolah-olah tidak diperdulikan lagi oleh manusia. Keterbatasan kodrati manusia diatasi dengan menciptakan alat-alat yang mampu mengangkat kemampuan alamiahnya. Semuanya bisa diarahkan oleh cita-citanya untuk membentuk diri secara lebih sempurna.
            Menjadi jelas bahwa manusia merupakan kesatuan subjek yang terdiri dari bagian-bagian yang berbeda-berbeda taraf. Masing-masing taraf di fungsikan secara maksimal, koordinasi dan subordinasi semakin diperhalus dan dipercanggih. Dengan demikian taraf-taraf lebih rendah semakin berperan dalam mendukung taraf yang lebih tinggi, sedangkan taraf tertinggi mengatur dengan perencanaan keseluruhan maupun detilnya.
            Mengenai kedudukan kehendak manusia, dari satu pihak kehendak sangatlah berhubungan dengan tindakan praktis. Dari pihak lain, kehendak juga sangat dekat dengan pengetahuan teoritis. Namun, kehendak tidaklah sama dengan tindakan praktis, karena kehendak mempunyai superioritas sendiri, yaitu maksud atau intensitas. Sebaliknya, kehendak tidak dapat disamakan dengan pengetahuan teoritis, karena kita dapat melihat gejala-gejala tegangan yang sering muncul dan sulit di damaikan antara keduanya. Maka, kehendak harus diletakkan pada dasar tindakan praktis ldan pengetahuan teoritis.
            Berdasarkan pemahaman jatidiri manusia, dapat mengembangkan tema-tema khusus berhubungan dengan kehidupan bersama secara positif demi partisipasi aktif dan  bertangguang jawab dalam masyarakat. Masih banyak yang perlu diharapkan untuk dikembangkan berhubungan dengan pedoman kehidupan bersama. Misalnya dalam berhubungan dengan norma etis dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan macam-macam profesi yang lainnya.
            Dengan memahami jatidiri manusia secara utuh, visi yang jelas dan keterlibatan aktif dalam masyarakat dan lingkungannya maka akan menjadi jelas pedoman-pedoman praktis yang diperlukan untuk menginterpretasikan permasalahan-permasalahan sezaman yang semakin kompleks dan bervariasi baik yang bersifat umum ataupun pribadi. Misalnya saja dengan memehami martabat manusia sebagai manusia dengan mempertimbangkan kepribadiannya yang berbeda dari seegala makhluk lain di uka bumi ini. dapat mencari makna dan jalan keluar bagi persoalan-persoalan hak asasi manusia, yang akhir-akhir ini semakin mencuat ke permukaan dalam masyarakat, baik nasional maupun intrenasional. 

(Tugas semester II)

Minggu, 28 April 2013

REVIEW TEORI MOTIVASI DAN PERSEPSI


Tugas               : REVIEW TEORI MOTIVASI DAN PERSEPSI
Dosen              : ILHAMUDDIN NUKMAN, MA.

A.    MOTIVASI
Motivasi adalah alasan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat dijabarkan menjadi move in action, dan dapat pula di artikan sebagai alasan untuk menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu baik yang bertujuan baik ataupun buruk. Kata motivasi dasarnya yakni motif, artinya alasan atau pola. Motif yakni berarti empat hal, yaitu: dorongan/forke, daya pendorong dari dalam individu, penyebab terjadinya aktivitas, dan di arahkan mencapai suatu tujuan. Suatu motivasi dapat bertumbuh ataupun mati, tergantung lingkungan dan motivasi internal.

TEORI-TEORI MOTIVASI
                       I.     PSIKOANALISIS
Teori ini dipolopori oleh Sigmund Freud, yang menyatakan bahwa struktur kejiwaan manusia bertingkat-tingkat, yakni :
·         Id
Yakni terdapat dorongan-dorongan biologis manusia : insting, libido, dan hasrat. Dimana dalam Id ini terdapat dua energi yakni eros (dorongan untuk hidup) dan tanatos (dorongan untuk mati)
·         Ego
Yakni sistem yang berfungsi untuk menjembatani antara Id dan Super ego
·         Super ego
Yakni kata hati yang berfungsi sebagai control, yang berisikan tentan norma, nilai dan agama

                    II.     BEHAVIORISTIK
Dalam teori ini dikaitkan dengan proses belajar.
Adapun teori-teori belajar yakni :
·         Classical conditioning
Yakni suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk merespons terhadap stimulus tertentu dan dapat langsung dipindahkan terhadap stimulus yang lain. Dalam teori classical ini stimulus yang dikondisikan dialihkan pada stimulus yang tidak dikondisikan sehingga menjadi respons yang dikondisikan.
·         Operant conditioning
Pembelajarannya menggunakan reinforment yang berupa reward dan punishment
·         Social learning
Pada teori social ini, adanya keseluruhan keterkaitan sosial, yakni antara lingkungan, perilaku, dan kerja otak pada individu
Thorndike menyatakan hukum-hukum belajar, yakni :
·         Hukum kesiapan (law of readiness)
·         Hukum latihan (law of exercise)
·         Hukum akibat (law of effect)

                 III.     HUMANISTIK
Teori ini berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang sangat terkenal. Singkatnya, Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai suatu pendorong (motivator) membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Maslow menggolongkan kebutuhan manusia pada lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs) yakni :

·         Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Yakni kebutuhan yang paling dasar dan yang paling jelas di antara segala kebutuhan manusia, yakni kebutuhan makan, minum, tempat berteduh, seks, dan oksigen.
·         Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
Kebutuhan ini mengarahkan pada dua bentuk, yakni kebutuhan keamanan jiwa dan kebutuhan keamanan harta
·         Kebutuhan cinta dan dimiliki-memiliki (belongingness and love needs)
Kebutuhan ini muncul ketika kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi secara rutin. Setiap orang butuh untuk dicintai dan pada gilirannya butuh menyatakan cintanya.
·         Kebutuhan penghargaan (esteem needs)
Pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan diri sendiri dan perasaan diri berharga. Terdapat dua bentuk, yakni penghormatan dar diri sendiri dan penghormatan dari orang lain.
·         Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs)
Kebutuhan ini timbul pada seseorang jika kebutuhan lainnya telah dipenuhi. Karena kebutuhan aktualisasi diri, sebagaimana kebutuhan lainnya menjadi semakin penting, jenis kebutuhan tersebut menjadi aspek yang sangat penting dalam perilaku manusia.
                 IV.     TRANSPERSONAL
Teori ini relatif baru dibanding teori-teori yang lainnya. Secara etimmologis transpersonal berarti melampaui gambaran manusia seperti yang kelihatannya. Psikologi transpersonal juga dapat diartikan sebagai ilmu yang menghubungkan psikologi berdasarkan spiritualitas. Inti dari konsep ini ialah nondualitas, yakni suatu pengetahuan bahwa tiap-tiap bagian adalah bagian dari seluruh alam semesta.

B.     PERSEPSI
Persepsi ialah proses mengolah, meneroma, dan menginterpretasi stimulus yang diterima. Adapun syarat-syaratnya yakni :
·         Indra yang sehat dan normal
Meliputi diantaranya : mata yang melihat, hidung yang membau, kulit yang merasa, telinga yang mendengar, dan lidah yang mengecap
·         Adanya objek indra/cahaya
·         Adanya perhatian (attention)


Adapun proses persepsi yakni :
·         Terjadinya stimulasi alat indra (sensory stimulation)
Pada tahap pertama, alat-alat indra distimulasi. Contohnya, kita melihat seseorang yang telah lama tidak kita jumpai, kita mendengar suara musik, kita mencicipi sepotong kue, dsb
·         Stimulasi terhadap alat indra diatur
Pada tahap kedua yakni rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip, yakni :
o   Prinsip proksimitas (proximity)
Contohnya kemiripan pesan atau oran yang secara fisik mirip satu sama lain, dipersepsikan bersama-sama atau sebagai satu kesatuan (unity).
o   Prinsip kelengkapan (closure)
Contohnya kita memandang dan mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap.
·         Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi
Langkah ketiga yakni penafsiran-evaluasi. Langkah ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi dipihak penerima. Penafsiran-evaluasi ini tidak didasarkan pada rangsangan luar saja, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dsb


(Tugas Semster II)