MAKALAH
BELAJAR TUNTAS
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar
Dosen Pengampu: Rifa Hidayah,
Oleh:
Zul Ahmad Eka
Ardian (1241012
Mudrikah Al-Adawiyah
(124101
Farichatun Ni’mah (12410128)
FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tujuan guru mengajar adalah
agar bahan yang disampaikannya dikuasai sepenuhnya oleh semua siswa, bukan
hanya oleh beberapa orang saja yang diberikan angka tertinggi. Pemahaman harus
penuh, bukan tiga perempat, setengah atau seperempat saja. Mendasarkan hasil
pelajaran pada kurva normal berarti bahwa hanay sebagian kecil saja dari
anak-anak yang kita harapkan dapat memahami pelajaran kita sepenuhnaya.
Sebagain besar sesungguhnya tidak menguasainya.
Bila diinginkan hasil belajar pada seluruh siswa tanpa
terkecuali, maka harus diterapkan konsep belajar tuntas (Mastery Learning). Dengan
konsep ini, bahan pengajaran diharapkan dapat diserap secara menyeluruh atau
tuntas oleh seluruh siswa. Konsep tentang belajar tuntas pada dasarnya
merupakan landasan bagi strategi belajar mengajar dengan pendekatan individual.
Belajar tuntas merupaka sebuah kerangka berpikir dalam
merencanakan rangkaian pembelajaran yang dirumuskan oleh John B. Carrol (1971)
dan Benjamin Bloom (1971). Belajar tuntas yang diberikan dengan cara menarik
dan lengkap akan memungkinkan siswa mencapai tingkat penguasaan yang memuaskan
dalam pelajaran di sekolah. Karya mutahir telah mempertajam ide dan teknologi
pembelajaran kontemporer dimana belajar tuntas dapat dilaksanakan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
konsep dasar belajar tuntas ?
2.
Bagaimana
asumsi dasar belajar tuntas menurut John B. Carrol ?
3.
Apa
saja indikator pelaksanaan belajar tuntas ?
4.
Bagaimana
ciri-ciri atau karakteristik belajar-mengajar dengan prinsip belajar
tuntas ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui bagaimana konsep dasar belajar tuntas ?
2.
Untuk
mengetahui bagaimana asumsi dasar belajar tuntas menurut John B. Carrol ?
3.
Untuk
mengetahui apa saja indikator pelaksanaan belajar tuntas ?
4.
Untuk
mengetahui bagaimana ciri-ciri atau karakteristik belajar-mengajar dengan
prinsip belajar tuntas ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Belajar Tuntas
Depdiknas
(2008) menjelaskan bahwa pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam
proses pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam
pembelajaran yang mensyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh
standar kompetensi maupun kompetensi dasra mata pelajaran tertentu. Pendekatan
pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan
untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level)
terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery
learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu
yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh warga sekolah.
2.
Konsep Dasar Belajar Tuntas
Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa
jika setiap peserta didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk
mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang
diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat
penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau
tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat
penguasaan kompetensi peserta didik belum optimal (Mulyono, 2011:56). Tujuan
dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk
mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan
kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus bagi
peserta didik yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau dasar kompetensi.
Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelajaran
tuntas adalah:
1)
Kompetensi yang harus dicapai
peserta didik dirumuskan dengan urutan hierarkis (peringkat).
2)
Evaluasi yang digunakan adalah
penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback.
3)
Pemberian pembelajaran remedial
serta bimbingan yang diperlukan.
4)
Pemberian program pengayaan bagi
peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile &
Lalley, 2003 dalam Mulyono).
Landasan konsep dan teori belajar tuntas ( Mastery
Learning Theory ) adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan
oleh John B. Carroll pada tahun 1963 berdasarkan penemuannya yaitu “Model
of School Learning” yang kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi
model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model
tersebut lebih disempurnakan lagi.
Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan
bukanlah kecerdasan alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa
untuk menguasai suatu materi pelajaran tertentu. Benyamin melaksanakan konsep
belajar tuntas itu ke dalam kelas melalui proses belajar mengajar
pelaksanaaannya sebagai berikut:
·
Bagi satuan pelajaran disediakan
waktu belajar yang tetap dan pasti.
·
Tingkat penguasaan materi dirumuskan
sebagai tingkat penguasaan tujuan pendidikan yang essensial.
Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James
H. Block mencoba mengurangi waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu
materi pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu dengan cara meningkatkan
semaksimal mungkin kualitas pengajaran.
Jadi
pelaksanaan oleh James H Block mengandung arti bahwa:
·
Waktu yang sebenarnya digunakan
diusakan diperpanjang semaksimal mungkin.
·
Waktu ytang tersedia diperpendek
sampai semaksimal mungkin dengan cara memberikan pelayanan yang optimal dan
tepat.
3.
Asumsi Dasar Belajar Tuntas
Menurut Carrol (dalam Ramayulis 2005:193) pada
dasarnya bakat bukan merupakan indeks kemampuan seseorang, melainkan sebagai
ukuran kecepatan belajar (measures of learning rate). Artinya seorang
yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif sedikit untuk mencapai
taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat
rendah. Dengan demikian peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh terhadap
bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu belajar
dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Berdasarkan
uraian di atas maka model belajar dilandasi oleh dua asumsi yaitu:
·
Bahwa adanya korelasi antara tingkat
keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Hal ini dilandasi teori
tentang bakat yang dikemukakan oleh Carrol yang menyatakan bahwa apabila para
peserta didik didistibusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya
secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka diberi
pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur, ternyata akan menunujukkan
distribusi normal. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang berbakat cenderung
untuk memperoleh nilai tinggi (Ramayulis, 1990:194).
·
Apabila dilaksanakan secara
sistematis, maka semua peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan
kepadanya.
4.
Indikator pelaksanaan pembelajaran tuntas.
Adapun beberapa indikator pelaksanaan pembelajran tuntas, yakni:
a.
Metode pembelajaran
Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan
individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok
peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai
dengan perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga pembelajaran
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah: mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),
membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi, dan mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik. Metode pembelajaran yang sangat ditekankan
dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan
teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil.
Berbagai jenis metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk
kelas atau kelompok. Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan
tutorial dengan sesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang,
pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis
komputer (Kindsvatter, 1996)
b.
Peran guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau
tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara
individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System of
Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan
pada interaksi antara peserta didik dengan materi atau objek belajar.
Peran guru haruslah intensif dalam hal-hal berikut:
Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit)
yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya, Mengembangkan
indikator berdasarkan SK/KD, Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang
bervariasi, Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik, Menilai perkembangan
peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif),
Menggunakan teknik diagnostik dan Menyediakan sejumlah alternatif strategi
pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan.
c.
Peran peserta didik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki
pendekatan berbasis kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran
peserta didik sebagai subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “Guru
dan yang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang akan
dikerjakannya”. Oleh karena itu, pembelajaran tuntas memungkinkan peserta didik
lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya,
peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya.
Kemajuan peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara
individual.
d.
Evaluasi.
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP
ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada
setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm
referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh
guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55, atau
sampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai ketuntasan
dalam belajar. Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen
atau soal.
Dalam pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun
berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran.
Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik
dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia
mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian
ketuntasan belajar, meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun
batas ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan
oleh guru mata pelajaran, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam
penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan atau
daerah.
Mengingat kecepatan tiap-tiap peserta didik dalam
pencapaian KD tidak sama, maka dalam pembelajaran terjadi perbedaan kecepatan
belajar antara peserta didik yang sangat pandai dan pandai, dengan yang kurang
pandai dalam pencapaian kompetensi. Sementara pembelajaran berbasis kompetensi
mengharuskan pencapaian ketuntasan dalam pencapaian kompetensi untuk seluruh
kompetensi dasar secara perorangan. Implikasi dari prinsip tersebut
mengharuskan dilaksanakannya program-program remedial dan pengayaan sebagai bagian
tak terpisahkan dari penerapan sistem pembelajaran tuntas.
Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar
tuntas dalam hal berikut:
·
Pelaksanaan tes secara teratur
untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk
mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test)
·
Peserta didik baru dapat melangkah
pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran
sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan.
·
Pelayanan bimbingan dan konseling
terhadap peserta didik yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui
pengajaran remedial (pengajaran korektif).
Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu:
·
Mengidentifikasi pra-kondisi
·
Mengembangkan prosedur operasional
dan hasil belajar
·
Implementasi dalam pembelajaran
klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan
individual, yang meliputi: (1) Corrective technique yaitu semacam pengajaran
remedial, yang dilakukan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal
dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya
dan (2) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan
(sebelum menguasai bahan secara tuntas).
Di samping implementasi dalam pembelajaran secara klasikal,
belajar tuntas banyak diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem
belajar tuntas mencapai hasil yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah
media, baik hardware maupun software, termasuk penggunaan komputer (internet)
untuk mengefektifkan proses belajar.
5.
Ciri-ciri belajar/mengajar dengan
prinsip Belajar Tuntas.
Pada
dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/ mengajar dengan prinsip
belajar tuntas, yaitu :
1.
Berdasarkan atas tujuan
instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu
2.
Memperhatikan perbedaan individu
siswa (asal perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya
3.
Menggunakan prinsip belajar siswa
aktif
4.
Menggunakan satuan pelajaran yang
kecil
5.
Menggunakan system evaluasi yang
kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar guru maupun siswa dapat segera
memperoleh balikan
6.
Menggunakan program pengayaan dan
program perbaikan.
6.
Variabel-variabel Belajar Tuntas
1.
Bakat siswa (aptitude) :
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat
dengan hasil pelajaran
2.
Ketekunan belajar (perseverance)
: Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa
untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta
pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah
instruksional.
3.
Kualitas pembelajaran (quality of
instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa
untuk aktif belkajar belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam
keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas
penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar
4.
Kesempatan waktu yang tersedia (time
allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam
rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata
pelajaran, bidang studi atu pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot
bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.
7.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi penguasaan penuh
Sejumlah tokoh pendidikan yakin bahwa sebagian terbesar bahkan hampir semua
murid sanggup menguasi bahan pelajaran tertentu sepenuhnya dengan syarat-syarat
tertentu. Berikut hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar sehingga tercapai
penguasaan penuh.
1.
Bakat
Timbul anggapan bahwa antara bakat dan prestasi terdapat hubungan kausal.
Bakat tinggi menyebabkan prestasi tinggi, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi
tidak ada bukti bahwa apa yang dianggap bakat itu bersifat tetap. Masih ada
kemungkinana bahwa bakat itu mengalamai perubahan atas pengaruh lingkungan.
Yang diharapkan ialah memperbaiki kondisi belajar sehingga dapat dikurangi
waktu belajar untuk mencapai penguasaan penuh atas bahan pelajaran tertentu.
2.
Kesanggupan untuk memahami
pengajaran
Kalau murid tidak dapat memahami apa yang dikatakan atau disampaikan oleh
guru, atau bila guru tidak dapat berkomunikasi dengan murid, maka besar
kemungkinan murid tidak dapat menguasai mata pelajaran yang diajarkan oleh guru
itu. Kemampuan murid untuk menguasai suatu bidang studi banyak bergantung pada
kemampuan untuk memahami ucapan guru.
3.
Ketekunan
Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk
belajar mempelajari sesuatu memerlukan jumlah waktu tertentu. Ketekunan belajar
ini tampaknya bertalian dengan sikap dan minat terhadap pelajaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Belajar tuntas adalah suatu strategi
pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok.
Belajar tuntas diharapkan mampu mengatasi kelemahan yang terdapat pada strategi
belajar mengajar lainnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus melakukan
perencanaan terlebih dahulu agar guru tersebut mampu mengajar peserta didiknya
dengan baik. Pembelajaran tuntas merupakan strategi belajar yang baik digunakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan, karena dengan belajar tuntas, siswa
dituntut untuk benar-benar menguasai materi yang dipelajari, dengan begitu maka
siswa yang belum menguasai materi akan terus mengulang kembali materi yang
telah dipelajarinya sampai dia benar-benar menguasainya, meskipun tidak 100%
siswa tersebut memahaminya.
Dalam strategi ini menuntut siswa
untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran, selain itu penilaian dalam pembelajaran tuntas ini mengandung
unsur objektifitas yang tinggi.
Saran
Dalam menggunakan strategi belajar
tuntas ini guru harus terlebih dahulu tau dan memahami sebenarnya seperti apa
strategi belajar tuntas itu agar dalam pelaksanaannya tidak mengalami
kesulitan. Strategi belajar tuntas harus disusun secara sistematis agar semua
peserta didik dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dalam pembelajaran tuntas ini guru harus
sabar apabila ada anak didiknya yang masih belum dapat menuasai materi yang
dipelajarinya dan guru harus terus mengulangnya serta meminta bantuan kepada
temannya untuk membantu anak tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Anni,
Catharina, Tri, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang. UPT UNNES
Press.
Joyce,
B. dan Well, M. 1986. Models of Teaching. Englewood, N.J,
Prentice-Hall.
Sugandi,
Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang. UPT UNNES Press.
Suryo
Subroto. 1996. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta
Mulyono.
2011. Strategi Pembelajaran. Malang. UIN-Maliki Press
Depdiknas. 2008. Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Jakarta:
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat
Pembinaan Sekolah
Nasution, 2003.
Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara:
Jakarta
http://dodihermawan.blogspot.com/
diakses pada tanggal 20 Februari 2015 pukul 19:20
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-learning-dalam-ktsp/comment-page-1/
diakses pada tanggal 20 Februari 2015 pukul 19:30