Manusia ialah
makhluk ciptaan Allah dengan tingkat kesempurnaanNya. Mengenai jati diri
manusia atau martabat manusia, sebagai seorang manusia yang utuh, kita memiliki
pengertian ganda. Salah satunya, jati diri mengandaikan adanya kesatuan yang
utuh dalam diri manusia. Keutuhan manusia dalam dirinya merupakan manusia
individual yang unik dan selalu identik dengan dirinya sendiri, walaupun telah
berubah ukuran dan bentuk cara pikir, perkembangan dan lingkungan sosialnya.
Sadangkan pengertian salah satunya ialah manusia meskipun sebagai satu
kesatuan, tetapi namun telah terdiri dari beberapa bagian dan aspek yang begitu
kaya. Misalnya badan dan jiwa yang masing-masing memiliki peranan yang luar
biasa. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa didalam diri manusia telah terdapat
kesatuan dan keberagaman yang telah benar dan tak kan disangkal. Dua hal inilah
yang menjadikan manusia kaya dan kesulitan untuk memahami jati dirinya sendiri.
Dalam pemahan
tentang kepribadian manusia, terdapat dua unsur pokok dalam manusia, yakni
badan dan jiwanya. Terdapat dua kelompok pernyataan mengenai manusia, yang
pertama terdiri dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keadaan badan,
posisi, dan peristiwa yang trejadi di dalam dan dan terhadap manusia. Prnyataan
mengenai ini biasanya juga dapat diterapkan kepada benda-benda jasmani lainnya
tanpa mengalami perubahan makna yang begitu berarti. Hal lainnya terdiei dari
pernyataan yang secara khusus hanya berlaku untuk meukiskan kekhasan manusia
sebagai manusia. Pernyataan ini melukiskan pikiran, harapan, perasaan,
ketakutan, ingataan dan penantian, situasi batin dan kejenakaan, bentuk
kepribadian dan karekter, dsb.
Tentang keunikan
manusia, kita akan melihat bahwa manusia dari satu pihak merupakan superjek,
yakni untuk memnunjukkan pada kenyataan bahwa suatu peristiwa ataupun benda
merupakan hasil dari yang dilemparkan melalui seperjek* interaksi nilai-nilai
yang ditawarkan oleh seluruh actual entity di semesta yang telah menyelesaikan
pembentukan dirinya atau produk dari masyarakat, dunia, dan dari pihak lain
merupakan subjek yang membentuk dirinya sendiri sehingga memberi arti bagi
dunia dan masyarakatnya. Keduanya ini tidaklah hanya terdapat dalam diri
manusia, melainkan pada setiap kenyataan yang bisa dibayangkan.
Kemampuan untuk dibentuk oleh dunia dan kemampuan untuk membentuk
diri dengan menginterpretasikan dan mempribadikan dunia merupakan proses yang
melibatkan dua kutub dalam setiap kenyataan, yakni kutub mental dan kutub
fisik. Kutub fisik merupakan kemampuan kenyataan yang sedang dalam proses
pembentukan diri untuk menangkap warisan ataupun pengaruh yang dihasilkan oleh
berbagai pengada diseluruh dirinya yang telah selesai dalam pembentukan
dirinya. Dunia yang terdiri dari berbagai pengada tersebut menyajikan bahan
dari kenyataan baru, yang bahan tersebut merupakan onggokan nilai yang menjadi
hasil dari interaksi antar pengada yang telah menyelesaikan pembentukan
dirinya. Setelah itu, nilai-nilai itu dilemparkan kembali sebagai bahan unutk
dinilai, dipribadikan dan diatur oleh pengada baru. Dengan begitu, kutub fisik
ini merupaka kemampuan untuk menangkap dan hanya menangkap dan belum
mengolahnya.
Sedangkan kutub
mental yakni merupakan kemampuan kenyataan baru yang sedang dalam proses
pembentukan diri untuk mengimprementasikan dan menilai tawaran-tawaran yang
telah ditangkap oleh kutub fisik, serta menilai nilai-nilai mana yang pantas
untuk dipribadikan yang kemudian menyusun dalam skala nilai menurut citra
dirinya. Dengan demikian sangatlah tampak bahwa dalam kegiatan mental terjadi
pengolahan bahan yang telah diselesaikan oleh dunianya sesuai dengan idealisme
diri yang disebut dengan citra diri.
Peran yang
diperoleh dua kutub tersebut tidaklah selalu sama dan seimbang. Itu semua
tergantung dari taraf enyataan baru yang sedang berproses. Semakin tinggi
tarafnya, maka peran kutub mental semakin besar dan peran kutub fisik semakin
kecil. Namun meskipun demikian, taraf yang lebih tinggi selalu juga memuat
taraf yang lebih besar. Taraf yang lebih tinggi harus didukung taraf yang ada
di bawahnya. Kita bisa mengamati dari pengalaman dan umumnya diterima sebagai
pembagian baku, kenyataan di dunia ini dapat di kelompokkan berdasarkan taraf
masing-masing. Taraf-taraf itu ialah taraf anargonik, taraf vegetatif, taraf
sensitif, taraf rasional. Tiap-tiap saraf mempunyai siftanya sendiri-sendiri.
Pada makhluk hidup
bertaraf sensitif, sistem organisasi yaitu koordinasi dan subordinasi yang
semakin canggih. Penbagian tugas telah menjadi lebih kompleks dan dan teliti
sehingga peranan yang dimainkan oleh bagian-bagian semakin menjadi jelas dan
khas, sehingga tak dapat digantikna oleh bagian lainnya begitu saja. Bahkan
kerusakan yang fatal sering tidak menumbuhkan bagian itu lagi. Pembagian tugas
yang jelas dan khas tentu mengandalkan kerjasama dan koordinasi yang lebih
teratur, sehingga kerjasama antara bagian-bagian bisa berjalan dengan mulus.
Pelaksanaan tugas bagian-bagian dijalankan demi kepentingan keseluruhannya.
Gangguan yang terjadi pada satu bagian akan mempengaruhi kesejahteraan sebagai
keutuhan.
Dengan penjelasan
di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kutub mental pada bagian-bagian
telah berperan penting demi perkembangan masing-masing dan pelaksanaan
tugasnya. Inisiatif menjadi jelas, sehingga bisa menimbulkan pembaruan.
Demikian pula dalam koordinasi kutub mental, masing-masing citra diri induk
sebagai satu kesatuan, sehingga dapat mengarahkan aktivitasnya, baik aktivitas
bagian maupun aktivitas keseluruhan. Bagian anargonik dikoordinasikan untuk
mendukung pelaksanaan citra diri induk
dalam mengorganisasikan citra di bagian-bagian. Setiap bagian mempunyai akses
ke bagian lain melalui pusat.
Taraf yang lebih
tinggi selalu mengandaikan berfungsinya taraf yang lebih rendah. Kalau
bagian-bagian tidaklah berfungsi sebagaiman mestinya, keseluruhan juga tidak
akan berfungsi secraa maksimal dan akhirnya mengganggu pusat yang mengatur
seluruh kehidupan manusia. Jikalau unsur-unsur mineral dalam diri manusia tidak
dijamin keseimbangannya, maka pertumbuhan dan peran taraf vegetatif juga akan
terganggu, bila ini terjadi maka akan mengganggu bagian-bagian yang lainnya
yang mengakibatkan lebih bahaya. Sebaliknya, taraf yang lebih tinggi dalam
badan manusia juga akan mengangkat taraf yang lebih rendah, bahkan sebuah
elektron yang bergerak secara liar dalam tubh manusia pun menjadi berbeda
dibanding elektron yang bergerak secara liar diluar tubuh manusia.
Berkat kemampuan
ini, dorongan untuk menemukan pembaruan sudah tidak dapat dibendung lagi.
Pembaruan bukan lagi merupakan peristiwa istimewa, tetapi telah merupkaan
berita harian. Dengan demikian peranan kutub mental telah menjadi efektif dan
dominan, sehingga peranan kutub fisik menjadi sangat relatif. Ketergantungan
dalam lingkungan tentu menjadi sangat relatif. Manusia dapat kemana saja dengan
pikirannya.nmanusia dapat begitu asyik dengan ide-idenya yang tidak berhubungan
langsung dengan alam sekitarnya. Masa lampau juga tidaklah mengikat manusia
begitu ketat lagi. Lingkungan alam tidaklah sekedar untuk dinikmati, tetapi
dicipta kembali sesuai dengan kebutuhan dan imajinasi demi kebaikan dan
kesejahteraa yang semakin meningkat. Hubungan kemasyarakatan tidak hanya
meneruskan apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Penemuan-penemuan baru
semakin berkembang pesat. Bahkan bumi pun sudah tidak mampu untuk membatasi
kreativitas dan daya imajinatif manusia. Keterbatasan diri seolah-olah tidak
diperdulikan lagi oleh manusia. Keterbatasan kodrati manusia diatasi dengan
menciptakan alat-alat yang mampu mengangkat kemampuan alamiahnya. Semuanya bisa
diarahkan oleh cita-citanya untuk membentuk diri secara lebih sempurna.
Menjadi jelas
bahwa manusia merupakan kesatuan subjek yang terdiri dari bagian-bagian yang
berbeda-berbeda taraf. Masing-masing taraf di fungsikan secara maksimal,
koordinasi dan subordinasi semakin diperhalus dan dipercanggih. Dengan demikian
taraf-taraf lebih rendah semakin berperan dalam mendukung taraf yang lebih
tinggi, sedangkan taraf tertinggi mengatur dengan perencanaan keseluruhan
maupun detilnya.
Mengenai kedudukan
kehendak manusia, dari satu pihak kehendak sangatlah berhubungan dengan
tindakan praktis. Dari pihak lain, kehendak juga sangat dekat dengan
pengetahuan teoritis. Namun, kehendak tidaklah sama dengan tindakan praktis,
karena kehendak mempunyai superioritas sendiri, yaitu maksud atau intensitas.
Sebaliknya, kehendak tidak dapat disamakan dengan pengetahuan teoritis, karena
kita dapat melihat gejala-gejala tegangan yang sering muncul dan sulit di
damaikan antara keduanya. Maka, kehendak harus diletakkan pada dasar tindakan
praktis ldan pengetahuan teoritis.
Berdasarkan
pemahaman jatidiri manusia, dapat mengembangkan tema-tema khusus berhubungan
dengan kehidupan bersama secara positif demi partisipasi aktif dan bertangguang jawab dalam masyarakat. Masih
banyak yang perlu diharapkan untuk dikembangkan berhubungan dengan pedoman
kehidupan bersama. Misalnya dalam berhubungan dengan norma etis dalam kehidupan
sosial, politik, ekonomi dan macam-macam profesi yang lainnya.
Dengan
memahami jatidiri manusia secara utuh, visi yang jelas dan keterlibatan aktif
dalam masyarakat dan lingkungannya maka akan menjadi jelas pedoman-pedoman
praktis yang diperlukan untuk menginterpretasikan permasalahan-permasalahan
sezaman yang semakin kompleks dan bervariasi baik yang bersifat umum ataupun
pribadi. Misalnya saja dengan memehami martabat manusia sebagai manusia dengan
mempertimbangkan kepribadiannya yang berbeda dari seegala makhluk lain di uka
bumi ini. dapat mencari makna dan jalan keluar bagi persoalan-persoalan hak
asasi manusia, yang akhir-akhir ini semakin mencuat ke permukaan dalam
masyarakat, baik nasional maupun intrenasional.
(Tugas semester II)